REMAJA DAN PEKERJAAN
KOMENTAR :
.Dalam keadaan yang
normal, seseorang dapat memilih suatu pekerjaan yang disenanginya. Dalam hal
ini subjektifitas orang akan nampak. Pada anak-anak dan remaja unsur subjektifnya masih sangat menguasai
sehingga pilihannya tidak bisa terlalu realistis.Misalnya anak kecil ingin
menjadi sopir bis karena atas dasar pengalamannya yang masih terbatas, dirasa
begitu menarik untuk duduk di belakang stir kendaraan yang begitu besar.
Pilihan pekerjaan yang sungguh-sungguh bukanlah suatu tindakan sesaat saja,
melainkan merupakan hasil suatu proses pemikiran dan pengalaman tertentu,
walaupun hasilnya nanti mungkin juga dapat bersifat sementara lagi.
Dalam kenyataannya
seorang remaja ketika menentukan pilihan karir, seringkali tidak dilakukannya
sendiri. Penentuan dan pemilihan karir seorang remaja ditentukan oleh berbagaa
faktor diantaranya orang tua, teman-teman, gender, dan
karakteristik diri sendiri.
Orang tua ikut
berperan dalam menentukan arah pemilihan karir pada anak remajanya.Walaupun
pada akhirnya keberhasilan dalam menjalankan karir selanjutnya sangat
tergantung pada kecakapan dan keprofesionalan pada anak yang menjalaninya.
Biasanya orang tua yang berkecukupan secara ekonomi menghendaki anaknya untuk
memilih program studi yang cepat menghasilkan nilai materi, misalnya fakultas
ekonomi (akuntasi, manajemen), teknik, farmasi, kedokteran (umum dan gigi) dan
lain-lain. Anggapan orang tua, anak yang mampu memasuki program ini tentu akan
terjamin masa depannya.
Dalam kenyataannya tak selamanya yang
menjadi pilihan orang tua akan berhasil dijalankan oleh anaknya, kalau tidak
disertai oleh minat bakat, kemampuan, kecerdasan, motivasi internal dari anak
yang bersangkutan, hal inilah yang perlu diperhatikan.
Lingkungan pergaulan pada kelompok
remaja cukup memberi pengaruh pada diri seseorang dalam memilih jurusan program
studi di SMA maupun Perguruan Tinggi. Mereka mungkin merasa tidak enak kalau
tidak sama dalam pemilihan jurusan atau program studi. Pengaruh teman kelompok
sebaya ini bersifat eksternal. Bila remaja tidak mempunyai dorongan internal,
minat bakata atau kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas
atau tuntutan, maka kemungkinan akan mengalami kegagalan.
Stereotype
masyarakat seringkali menilai jenis kelamin seseorang. Masyarakat menghendaki
agar jenis tugas atau pekerjaan tertentu dilakukan oleh jenis kelamin tertentu
pula.Memang baik diakui atau tidak, jenis kelamin kadang-kadang menentukan
seseorang dalam memilih karir pekerjaan. Seorang perempuan mungkin akan
mengambil karir yang kiranya dapat dijalaninya, tanpa banyak hambatan dengan
peran jenis gendernya nanti di kemudian hari, misalnya sekretaris, dokter anak,
psikolog anak, guru atau dosen, penunggu atau penjaga toko dan sebagainya.
Demikian pula sebaliknya seorang laki-laki akan memilih sesuai dengan dirinya
misalnya tentara, polisi, hakim, jaksa dan lain sebagainya.
Hal-hal yang
berkaitan dengan karakteristik pribadi yang mempengaruhi pemilihan program
studi maupun karir individu, diantaranya bakat minat, kepribadian, dan
intelektual. Sudah banyak lembaga pendidikan SMA yang mengadakan tes psikologi
dengan membantu siswa-siswinya dalam menentukan jurusan agar sesuai dengan
minat dan bakatnya. Hal ini untuk menghindari penyesalan dalam pengambilan
studinya atau merasa tidak cocok dengan minat bakatnya.
Keberhasilan dalam memilih dan
menjalankan program studi serta karir pekerjaan sangat ditentukan karakteristik
kepribadian individu yang bersangkutan. Individu yang memiliki minat,
kemampuan, kecerdasan, motivasi internal, tanpa ada paksaan dari orang lain,
biasanya akan mencapai keberhasilan dengan baik. Keberhasilan tidak dapat
diukur secara materi finansial yang melimpah, tetapi seberapa besar nilai
kepuasan hidup yang diperoleh melalui pilihan-pilhan tersebut.
Mayoritas remaja
biasa dengan mudah dapat menyesuaikan diri dengan sekolah, tetapi sebagian
lainnya mengalami kesulitan. Di sekolah mereka umumnya menaruh minat pada mata
pelajaran-mata pelajaran tertentu yang akan bermanfaat dalam karier dan
pekerjaan yang akan mereka pilih. Kelompok remaja ini tentu tidak akan
bermasalah dalam hal pendidikan (sekolah)-nya. Nah, lain halnya dengan remaja
yang masih mengalami kebingungan dalam menentukan pekerjaan di masa depannya.
Beberapa dari mereka bahkan tidak memiliki visi apapun terhadap kehidupan dan
pekerjaan mereka di masa yang akan datang. Remaja-remaja dari kelompok ini akan
bersikap cuek terhadap sekolah dan pendidikannya.
Keterlibatan orang
tua dan guru dalam pembentukan visi kehidupan dan pekerjaan mereka di masa
depan sangat penting. Beberapa remaja membutuhkan bantuan orang-orang yang
mereka anggap lebih dewasa untuk membantu memperjelas visi mereka tentang
pekerjaan dalam kaitannya dengan pendidikan dan sekolah. Hal ini harus
dimaklumi karena mereka masih berada dalam masa pencarian identitas diri.
Guru-guru pembimbing
sebaiknya segera mengenali minat dan kebutuhan anak akan pengembangan diri
mereka pada suatu bidang tertentu yang potensial. Orang tua seharusnya
memberikan dukungan penuh disertai nasihat-nasihat yang dibutuhkan remaja tanpa
memaksakan kehendak. Pemaksaan kehendak orang tua, misalnya dalam memilih
sekolah jurusan/bidang pendidikan tanpa alasan yang logis akan membuat remaja
justru membenci sekolah dan pendidikan. Hal ini disebabkan karena remaja akan
mengalami disorientasi terhadap masa depannya. Remaja yang demikian biasanya
mempunyai ciri: prestasi turun dengan drastis, suka membolos, dan mungkin ingin
berhenti tanpa memperoleh ijazah.
Posting Komentar